Another one from Rabindranath Tagore

Bookmark and Share

>> 8.29.2010


Engkau meninggalkan aku dan meneruskan jalanmu.
Kukira aku akan meratapimu dan menempatkan arca rupamu semata dalam hatiku, terbuat dari nyanyian kencana.
Tetapi ah, nasibku yang buruk, alangkah singkatnya waktu.

Keremajaan susut tahun demi tahun; hari-hari musim semi melintas cepat; bunga-bunga yang rapuh mati dengan rela, dan si bijak memperingatkan padaku, bahwa hidup ini hanya setitik embun di atas bunga Seroja.
Akankah kulalaikan semua ini untuk memikirkan seseorang yang telah berpaling dariku ?
Akan kasar dan bodohlah itu, karena waktu itu singkat.

Maka datanglah, malam-malamku berhujan dengan kaki-kaki gemertap; senyumlah, musim gugurku kencana, datanglah, bulan April yang lalai, menebar-tebarkan ciumanmu merata.
Engkau datang, dan engkau, dan engkau juga!
Kekasihku semua, kalian tahu, kita sesama fana.
Adakah bijak, mematahkan hati sendiri untuk seorang, yang menjauhkan hatinya ?
Karena waktu itu singkat.

Adalah enak duduk di sudut merenungkan dan menuliskan dalam sajak, bahwa engkau adalah seluruh duniaku.

Adalah megah mendekap kesedihan sendiri dan memastikan tak akan terlipur.
Tetapi seraut wajah segar mengintai lewat pintuku dan membukakan matanya memandang mataku.
Aku pun hanya dapat menghapus air mataku dan mengubah nada laguku.
Karena waktu itu singkat.


3 komentar:

Posting Komentar